Selasa, 28 Oktober 2008

Kejahatan karen HIPNOTIS


THR Tunjangan Hari Raya Dibagikan Para Penghipnotis Langsung Beraksi

Warga diimbau untuk semakin waspada. Pasalnya, di hari-hari mendekati Lebaran, saat sebagian warga mulai menerima tunjangan hari raya (THR), komplotan bandit makin gencar beraksi.

Hipnotis dan pembiusan adalah dua modus kejahatan yang sering terjadi dan dilancarkan pelaku untuk melumpuhkan korbannya lalu menggasak hartanya.

Kasus teranyar menimpa seorang wanita guru SD di Bogor. Uang gaji dan THR sejumlah Rp7 juta yang rencananya mau digunakan untuk belanja Lebaran, melayang disambar penjahat yang menghipnotisnya.

Pelaku adalah seorang pria perlente. Penjahat ini cukup nekat dalam beraksi karena berani menyambangi korbannya yang tengah mengajar di dalam kelas.
Peristiwa yang dialami Wina ,42, guru kelas IV SD YZA pada Jumat (19/9) pagi ini membuatnya menderita kerugian Rp 7 juta. Informasi yang diperoleh, saat sedang mengajar, korban didatangi pria perlente yang menanyakan keberadaan kepala sekolah. Kepada ibu dua anak ini, pelaku mengatakan kedatangannya karena anaknya tidak pulang sekolah sejak Kamis (18/9).
Lantaran iba, istri Erwin Fauzian, Kasubag antar lembaga pada Humas Pemkab Bogor, ini lalu mengantar pelaku menuju ruang pimpinannya. Namun saat berjalan keluar pintu ruangan kelas, pundak warga Perumahan Taman Pagelaran RT 06/12 Blok C-9 Ciomas, Bogor, ini ditepuk pelaku.



Satu tepukan disertai tatapan mata pelaku, membuat korban langsung hilang ingatan. “Saat itu saya menuruti semua perintah pelaku. Waktu dia bilang pinjam uang, saya langsung ambil tas dan menyerahkan uang Rp 7juta yang sedianya untuk beli baju lebaran dan keperluan lainnya ke mal usai mengajar,” kata Wina ditemani suaminya tertunduk lemas.
Sementara Erwin, sang suami menuturkan, uang sejumlah Rp 7 juta yang hendak dipakai belanja, merupakan kumpulan gaji ia dan istrinya serta tunjangan hari raya. Erwin berharap, pelaku bisa ditangkap oleh aparat kepolisian.

TKI PULANG KAMPUNG DIINCAR
Para tenaga kerja Indonesia (TKI) yang bekerja di luar negeri dan hendak pulang kampung untuk merayakan Lebaran juga menjadi incaran penjahat.
Dua TKI yang baru datang dari Malaysia ini adalah contohnya. Membawa uang Rp4,8 juta, 2 HP, dan 10 gram emas hasil kerja bertahun-tahun sebagai pandai besi di negeri jiran, Sutanto, 24, dan Kohir, 26, Kamis (18/9) sore, tiba di Bandara Soekarno Hatta.
Rencananya uang dan sedikit oleh-oleh itu mau digunakan untuk merayakan Lebaran bersama orangtuanya di kampung halaman di Pati, Jateng.
Namun niat mulia itu tak kesampaian karena mereka menjadi korban pembiusan 5 penjahat. Uang, perhiasan dan oleh-oleh digasak pelaku. Kedua korban ditemukan dalam kondisi pingsan di Jl. Perwira, Sawah Besar, Jakarta Pusat, Kamis malam.

Menurut keterangan korban dalam keadaan setengah sadar di Polsek Sawah Besar, setelah turun dari pesawat mereka disambut lima lelaki berpakaian rapi yang mengaku saudara.
Karena tak curiga, korban bersama ke 5 penjahat naik bus menuju Stasiun KA Gambir. Di dalam bus, korban sempat disuguhi minuman kemasan beras kencur. Dua menit kemudian ke dua korban pingsan. Setelah itu korban dibawa naik mobil pelaku yang membuntuti dari belakang.
Di dalam mobil, pelaku lalu mempreteli semua barang berharga yang dibawa korban dari negeri jiran. Setelah dibawa mutar-mutar, kedua TKI dibuang di Jl. Perwira, belakang Mesjid Istiqlal.

PURA-PURA TAWARKAN PARFUM
Modus pembiusan untuk melumpuhkan korban akhir-akhir semakin beragam saja. Masyarakat kini juga diresahkan dengan praktik kejahatan dengan berpura-pura menawarkan parfum. Korban yang diincar adalah pengendara mobil atau motor di lokasi parkiran. Mailing list atau milis-milis di internet sudah ramai membicarakan modus kejahatan yang satu ini. Seorang peserta milis mengaku temannya belum lama ini mengalaminya.
Ketika itu korban baru keluar dari sebuah pusat perbelanjaan di kawasan Blok M. Begitu tiba di mobilnya, ia didekati 2 sales (1 pria dan 1 wanita) yang menawarkan parfum.
Wewangian itu disemprotkan ke selembar tisu dan kemudian ditawarkan kepada korban. Tanpa curiga, korban menciumnya dan tak lama kemudian dia merasa pusing dan mengantuk. Ketika sadar mobilnya sudah raib dan dia menemukan dirinya terduduk di trotoar.
Modus lain yang patut diwaspadai adalah pelaku berpura-pura terjatuh dan terluka. Ketika pengendara motor hendak menolong korban yang minta air minum, anggota komplotan lain mendekati lalu menepuk bahunya. Dalam sekejap motor korban lenyap dibawa kabur pelaku.

SEBAR PETUGAS BERPAKAIAN PREMAN
Mengantisipasi maraknya aksi kejahatan menggunakan obat bius dan hipnotis sebagai senjatanya, Polda Metro Jaya menegaskan telah menyebar petugas berpakaian preman di sejumlah wilayah yang dianggap rawan. Ini dilakukan polisi untuk memberi rasa aman dan kenyamanan bagi masyarakat.
Kasat V Ranmor Direktorat Kriminal Umum Polda Metro Jaya, AKBP Nico Afinta, Jumat (19/9), mengakui pihaknya telah menangani berbagai kasus pencurian kendaraan bermotor dengan modus pembiusan. “Saat ini sebagian kasus berhasil kami ungkap dan pelakunya ditangkap,”ujarnya.
Nico mengungkapkan biasanya modus pembiusan dilakukan dengan cara berpura-pura menyewa atau menumpang kendaraan yang menjadi target kejahatan.

Saat berada di dalam kendaraan, pelaku berlaku sopan kepada calon korbannya. Bahkan pelaku tak segan-segan mentraktir korban makanan. “Setelah korban terbuai, pelaku langsung beraksi dan memberi minuman yang sudah dicampur dengan obat bius,”kata Nico yang mengaku dari berbagai kasus ranmor yang ditanganinya belum ada laporan mengenai pembiusan menggunakan parfum.
Menyangkut penjahat yang diduga menggunakan hipnotis obat bius, Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Zulkarnaen, mengimbau kepada masyarakat supaya jangan mudah percaya terhadap orang yang baru dikenal. “Jangan hanya karena baik awalnya, kita langsung terlena,”ujarnya.

Pelaku biasanya menggunakan alat atau benda untuk mengelabui calon korbannya. “Saya minta apabila ada orang yang kita jumpai di jalan dan memberikan sesuatu langsung diambil. Soalnya biasanya pelaku menggunakan benda atau alat untuk menjerat para korbannya,” tambahnya.
Kategori: hipnotis · perampokan

Pengantin Baru Dihipnotis dan Dibawa Ke Hotel Untuk Diperkosa Oleh Supir

JAKARTA - Bermodalkan ilmu hipnotis yang dipelajarinya selama tiga bulan di Lampung, sopir angkot memperkosa wanita pengantin baru di hotel. Pelaku juga menggasak perhiasan serta uang ratusan ribu milik korban.
Tr, 20, dua kali diperkosa di hotel kelas melati di kawasan Tanah Abang, Jakpus, oleh Andri Ari Wibowo,25, sopir angkot jurusan Grogol-Muara Angke. Perempuan ini bertemu Ari saat tengah menanti angkutan umum di Terminal Blok M, Jumat (11/7) siang.

Sebuah tepukan di pundak menjadi awal malapetaka bagi perempuan yang baru empat bulan dinikahi oleh Abdul, 29, ini. Saat itu, korban berniat pulang ke rumahnya di Muara Baru, Penjaringan usai berkunjung ke rumah salah seorang kerabatnya.

“Mau kemana mbak?,” tanya Andri saat itu sambil menepuk korban.
“Saya nggak sadar, pokoknya setiap ajakannya waktu itu saya turuti,” kata korban yang ditemui di Polsek Penjaringan, Sabtu (12/7) siang.
Korban menurut saja ketika dibawa ke sebuah hotel kelas melati di kawasan Tanah Abang. Di tempat itu, dua kali lelaki asal Brebes, Jateng itu melampiaskan hawa nafsunya. Selanjutnya uang Rp700 ribu, cincin serta HP Tr diambil pelaku. “Dia bilang biar aman disimpan sama dia,” lanjut korban.

Pelaku kemudian membawa korban ke daerah Penjaringan. Persis di depan Mega Mal Pluit, korban ditinggal. “Setelah pelaku pergi, saya baru sadar kalau kena tipu,” tandasnya.
Kapolsek Penjaringan Kompol Asep Adi Saputra menyebutkan, Andri berhasil ditangkap saat sedang nongkrong di Jalan Tanah Merah, Jembatan Tiga. “Dia ternyata pelaku perampasan motor pengojek dengan modus hipnotis,” jelas kapolsek didampingi Kanit Reskrim Iptu Ali Zusron.
Andri mengaku belajar hipnotis di Lampung. “Tiga bulan saya berguru ilmu itu,” ucapnya.

PURA-PURA MINTA DAUN JAMBU
Aksi hipnotis juga menimpa Ny.Eli, 55, warga RT 08/12 No. 29, Kelurahan Pasar Manggis, Setiabudi, Jaksel, Sabtu (12/7). Empat pelaku pura-pura minta daun jambu untuk obat muntaber, menggasak perhiasan senilai Rp20 juta dan uang Rp100 ribu. Korban baru menyadari kena hipnotis setelah pelaku kabur.
Eli menurut saja saat pelaku menyuruhnya mengambil daun jambu, seorang pelaku menyelinap masuk ke kamar lalu menggasak perhiasan. Kasusnya ditangani Polsek Setiabudi, Jaksel.

Modal Berdagang Dirampok Tukang Hipnotis

BOGOR - Burhan (35) sangat sedih karena tidak dapat mewujudkan impiannya menjadi pedagang di Pasar Bogor. Uang modalnya, sebesar Rp 2,8 juta, hilang setelah berkenalan dengan tiga laki-laki di dalam bus yang Burhan tumpangi dari Sukabumi menuju Kota Bogor, Senin (30/6) sore.

Polisi menjumpai Burhan di Terminal Bus Baranangsiang dalam keadaan lemas dan linglung, Senin malam. Warga Kampung Pasir Angin, Desa Mekar Jaya, Kecamatan Caringin, Kabupaten Sukabumi, tersebut diduga menjadi korban kejahatan dengan modus pelaku menghipnotis korbannya.

”Saya mulai merasa lemas dan bingung setelah orang yang duduk di samping menepuk pundak saya tiga kali. Waktu itu bus sudah mau masuk Ciawi,” kata Burhan di UGD RS PMI Bogor. Karena korban lemas dan pusing, polisi membawanya ke rumah sakit tersebut untuk mendapat pengobatan secukupnya.

Menurut Burhan, tiga penumpang bus mengajaknya bercakap-cakap sepanjang jalan. Ia melayani karena ketiganya bertutur kata sopan dan baik. Apalagi ketiganya mengatakan juga akan ke Pasar Anyar untuk mencoba berdagang sayuran, sebagaimana dirinya.

”Salah seorang dari mereka menepuk saya tiga kali sambil mengatakan hati-hati dengan orang yang baru dikenal kalau sedang merintis dagang. Eh, tidak tahunya mereka yang jahat, mengambil modal saya,” kata Burhan.

Dompet korban ditemukan Enjah (48), petugas kebersihan jalan, di taman di depan terminal. Di dalam dompet itu hanya ada KTP dan foto anak Burhan.
Burhan pun memutuskan untuk pulang kampung. Sebab, uang yang dimilikinya hanya Rp 86.000, kembalian ongkos naik bus. Uang tersebut selamat dari tiga penjahat itu karena Burhan menyimpan di saku bajunya.

”Uang segini (Rp 86.000) tidak cukup untuk modal dagang. Lebih baik saya pulang saja. Saya tidak tahu bagaimana mencari modal lagi untuk dagang. Uang yang mereka ambil itu adalah hasil saya menjual tanah warisan dari almarhum bapak saya,” katanya.
Kejadian seperti ini sebenarnya sudah berkali-kali menimpa warga yang tengah bepergian dengan menggunakan bus. Tidak hanya di Bogor, tetapi juga di Jakarta, terutama di Terminal Kalideres dan Pulo Gadung, penjahat dengan modus beramah-ramah dengan calon korbannya juga sering terjadi.
Kategori: hipnotis · perampokan

Waspadalah Kawanan Penghipnotis Beraksi Di Blok M - Salah Seorang Pelaku Memakai Jilbab

JAKARTA - Tawanan hipnotis kembali beraksi. Guru SMA Negeri 70, Bulungan, Jakarta Selatan, hendak mengajar dihipnotis empat penjahat di Jalan Lamando, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Pelaku membawa kabur uang Rp10 juta milik sang guru.
Korban Ny.Sugiyanti SPd, 36, menjelaskan, kasus yang menimpa dirinya terjadi pada Kamis (19/6) pagi. Namun baru dilaporkan ke Polsek Kebayoran Baru, Jumat (20/6) siang. “Dari empat pelaku, seorang di antaranya perempuan yang memakai jilbab,” kata Sugiyanti yang dijumpai di SMAN 70.
Menurut dia, pukul 08.30, dirinya tiba di kawasan Bulungan setelah naik Metromini dari rumahnya di Jalan AUP Barat, RT 03/10, Pasar Minggu. Saat sedang jalan kaki menuju sekolah, guru Bahasa Indonesia ini dihentikan seorang pria yang berpura-pura tanya alamat sebuah yayasan di Bintaro Jaya.

“Bu, saya mau memberi sumbangan ke yayasan. Ini alamatnya, ibu tahu nggak,” kata pria tersebut, seperti diungkapkan Sugiyanti. Karena tidak curiga, korban memberitahu kalau alamat tersebut cukup jauh dari Blok M. Tak berapa lama, muncul seorang wanita yang bernama Dewi. Wanita ini langsung mendekati Sugiyanti dan pria yang mengaku bernama Zakaria.

“Wah, kalau mau nyumbang bagus dong. Saya juga mau ikut,” kata Sugiyanti, mengutip perkataan Dewi. Korban pun mulai masuk perangkap kawanan penghipnotis ini. Terbukti, selang dua menit kemudian muncul dua pria lainnya naik mobil Toyota Avanza warna kuning.

DIAJAK KE RUMAH IBU GURU
Sugiyanti yang sudah 8 tahun mengajar di sekolah unggulan ini akhirnya terpengaruh bujuk rayu kawanan ini. Apalagi, sang sopir yang membawa Avanza mengaku kerja di Bank Mandiri. Di bawah pengaruh hipnotis, akhirnya Sugiyanti mengajak para pelaku ke rumahnya untuk mengambil buku tabungan.
Setelah itu, mereka pun menuju ke Bank DKI Cabang Panglima Polim dan mencairkan uang Rp10 juta. “Sisa saldo yang ada Rp4 juta. Saya benar-benar tidak sadar mau mengambil uang di tabungan itu. Padahal itu hasil jerih payah mengajar,” ungkapnya. Dari bank ini, Sugiyanti diturunkan di dekat Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP).
Kanit Reskrim Polsek Kebayoran Baru, Ipda Dian Indra menyatakan, pihaknya masih menyelidiki kasus yang menimpa Sugiyanti.
Kategori: hipnotis · penipuan · perampokan

Empat Tukang Hipnotis Ditangkap Karena Mencuri Berlian Senilaii 1,2 Milyar

JAKARTA - Kepolisian Resor Metro Jakarta Pusat menangkap empat laki-laki yang diduga menggelapkan perhiasan berlian senilai lebih dari Rp 1,2 miliar, Jumat (16/5). Perhiasan berlian tersebut diambil dari pemiliknya, pedagang berlian Jannes Warko Saputra, warga Kebon Jeruk, Jakarta Barat, 9 April 2008.

”Dari hasil penyelidikan selama lebih dari satu bulan, keberadaan para pelaku akhirnya dapat dilacak. Dua pelaku ditangkap hari Kamis (15/5) di Bandung. Menyusul sehari setelahnya, dua tersangka lain ditangkap di Bekasi,” kata Kepala Polres Metro Jakarta Pusat Komisaris Besar Heru Winarko, Jumat.
Keempat tersangka adalah Ruddy Soenarto alias Wibowo Setiawan (38), Usman Tanjung alias Galing (41), Iwan Ardiansyah alias Asbarudin (44), dan Bambang Purwadi (49). Dalam pemeriksaan polisi, Usman mengatakan, Maret 2008 Asbarudin dan Ruddy Soenarto mulai menghubungi Jannes melalui telepon membicarakan kemungkinan berbisnis.

”Mereka kemudian bertemu di rumah korban, 5 April 2008. Ruddy memperkenalkan diri sebagai Wibowo. Jannes memperlihatkan sebagian koleksi cincin, kalung, dan anting berlian. Mereka mengambil foto perhiasan dengan alasan akan diperlihatkan kepada bos mereka,” kata Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Metro Jakarta Pusat Komisaris Agustinus.
Selasa (8/4), Ruddy yang tinggal di Bandung berangkat ke Jakarta bersama Asbarudin. Mereka sepakat bertemu korban di Hotel Puri Mega, Jalan Pramuka Raya, Jakarta Pusat, Rabu (9/4). Korban juga diberi tahu, Bambang dan Usman, sesama makelar berlian, akan ikut hadir.
Rabu itu pukul 11.00, Ruddy dengan menggunakan KTP atas nama Wibowo menyewa kamar nomor 215 di Hotel Puri Mega. Ditemani Asbarudin di kamar tersebut, Ruddy menemui Jannes.
Saat mengobrol, tiba-tiba Usman mengetuk pintu dan mengabarkan, ”bos” peminat berlian menunggu di kamar sebelah.

”Kemungkinan mereka menghipnotis saya karena saya biarkan mereka membawa semua perhiasan berlian di kotak hitam dengan alasan akan diperlihatkan kepada bosnya. Mungkin hampir satu jam saya tenang saja di kamar. Tiba-tiba saya tersadar, panik, dan segera lapor polisi,” kata Jannes yang dihubungi melalui telepon.
Komisaris Agustinus mengatakan, para pelaku ditangkap di rumah masing-masing. Namun, hingga Jumat kemarin, baru sekitar separuh dari semua koleksi perhiasan berlian milik Jannes yang berhasil didapatkan kembali.
”Mungkin sudah dijual lagi. Kami masih terus menyelidiki. Untuk sementara, mereka ditahan karena melanggar Pasal 378 dan 372 KUHP, yaitu tentang penipuan. Ancaman hukuman di atas lima tahun,” kata Agustinus
Kategori: hipnotis · penipuan

Polisi dan Tiga Mafia Iran Baku Tembak Dijalan Tol Merak, Dua Warga Tewas Tertembak

JAKARTA - Tiga mafia timur tengah yang mengaku berasal dari Iran dan Turki ditangkap saat melarikan diri di Jalan Tol Merak-Jakarta, Minggu (4/5) malam. Sempat terjadi pengejaran dan baku tembak sehingga seorang warga setempat tewas tertabrak mobil orang iran dan satu lainnya tewas terkena peluru nyasar.

Tiga warga iran itu bernama Bahran Mihrad Arsalam (16) dan Mansour (45), yang mengaku berasal dari Iran, serta Muhammad Abdullah Mustofa (45), warga negara Turki. Mereka ditangkap karena diduga menipu dengan menghipnotis korban.
Menurut informasi yang berhasil dihimpun, peristiwa itu berawal saat empat warga iran datang ke wilayah Kampung Laes, Desa Sukamaju, pada Minggu petang lalu. Itu merupakan kedua kali mereka datang ke kampung tersebut. Sebelumnya, pada tanggal 27 April mereka datang ke sebuah toko material milik Muhammad Darsa (38 ) untuk membeli tripleks Rp 50.000.

Mereka kemudian menyerahkan uang pecahan Rp 100.000 untuk membayar tripleks. Saat itu, Darsa memberikan uang kembali Rp 3 juta, bukan Rp 50.000. Darsa baru sadar sudah kehilangan uang Rp 3 juta setelah empat warga iran itu pergi. Warga menduga, orang iran itu menghipnotis Darsa sehingga rela menyerahkan uang Rp 3 juta.

Karena itulah, warga yang melihat empat warga iran itu kembali datang, marah dan mengamuk. Mereka melempari serta menghalangi laju mobil yang ditumpangi Bahran dan tiga kawannya. ”Mungkin karena panik, mereka langsung ngebut dan menabrak warga yang ada di jalan,” kata beberapa warga Sukamaju yang mendatangi markas Polres Serang kemarin.
Termasuk Ahmad Sarif, warga Carenang yang kebetulan tengah melintas di desa tersebut. Dia tewas dalam perjalanan menuju rumah sakit, setelah ditabrak lari oleh komplotan penipu.
Meski sudah menabrak, warga negara iran itu terus melaju menuju pintu Tol Ciujung. Warga pun terus mengejar dengan menggunakan sejumlah sepeda motor. Melihat itu, beberapa petugas PJR Induk Tol Serang Timur ikut mengejar mobil Toyota Avanza orang iran itu.
Sempat terjadi tembak-menembak antara petugas PJR dan komplotan warga iran, yang juga membawa senjata api. Hingga akhirnya, laju mobil komplotan penipu itu terhenti di Kilometer 57 Jalan Tol Merak-Jakarta, tepatnya di daerah Kragilan, Serang. Keempat warga iran itu langsung berhamburan keluar mobil dan berlari ke semak-semak di tepi jalan tol.

Namun akhirnya, tiga dari empat kawanan orang yang diduga penipu itu tertangkap. Mereka dikeroyok massa, hingga seorang di antaranya, Mustofa, harus dirawat di RSUD Serang. Dalam peristiwa itu, seorang warga Kragilan bernama Asep Saefudin (25) juga terluka karena terkena peluru nyasar.
Sementara itu, Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Serang, Ajun Komisaris M Nazly Harahap mengatakan, pihaknya masih memeriksa warga iran yang tertangkap.

Rumah Mantan Walikota Jakarta Dirampok Oleh Penjahat Berhipnotis

JAKARTA - Perampokan dengan modus hipnotis tidak hanya beraksi di tempat publik, seperti terminal, pasar, dan tempat keramaian lain. Kini mereka juga mulai ”mengembangkan pasar” dengan mengincar hunian warga.

Penjahat yang membekali diri dengan hipnotis pun tidak tanggung-tanggung dalam memilih sasaran korbannya. Sabtu (3/5) siang empat penjahat bermodus hipnotis menerobos masuk rumah Abdul Kahfi, mantan Wali Kota Jakarta Pusat, ketika tuan rumah dan nyonya sedang pergi. Rumah yang terletak di Jalan Kusuma Atmaja, Kelurahan Menteng, Jakarta Pusat, itu didatangi komplotan penjahat penghipnotis.

Ceritanya, sekitar pukul 12.15 ketika Abdul Kahfi dan istri, Amalia, sedang pergi untuk suatu keperluan, datang empat pria yang mengendarai sedan Honda Accord. ”Mereka memakai baju batik lengan panjang dan mengaku sebagai famili dari ibu. Cara berbicara sopan dan meyakinkan,” kata Mirnawati (18), salah seorang pembantu di rumah Abdul Kahfi yang memberikan keterangan kepada polisi.
Mirnawati kala itu hanya ditemani seorang pembantu lain, yakni Pariyem (65). Siang itu suasana sepi di akhir pekan di kawasan Menteng yang permai.
Kedatangan tamu yang terlihat sopan dan bonafide, mereka pun tidak curiga dan mempersilakan dua dari empat pria masuk ke dalam rumah.
Dua pria lainnya terus berada di dalam mobil di dekat gerobak warung rokok yang ditunggui Hani (30).

”Saya tidak memerhatikan waktu mereka datang. Saya tahu ada empat pria naik Honda Accord. Tidak ada yang berteriak kecurian ketika mereka meninggalkan rumah. Mereka santai seperti habis bertamu,” kata Hani, yang berjualan rokok dan penganan ringan di jalan depan rumah Abdul Kahfi. Hani turut dipanggil polisi untuk menjadi saksi kasus kejahatan itu.
Singkat cerita, setelah berhasil masuk ke dalam rumah mewah di kawasan elite yang terletak tidak jauh dari ujung Jalan Rasuna Said, dekat Pusat Kebudayaan Italia, kawanan penjahat pun mulai beraksi.

Seorang penjahat meminta Mirnawati membuatkan mi rebus dan minuman bagi mereka.
Pariyem pun bergerak ke arah dapur untuk menyiapkan makanan dan minuman sesuai permintaan ”kerabat” sang majikan. Sebelumnya, pundak Mirnawati ditepuk oleh seorang tamu.
Demikian pula seorang tamu lain mengikuti Pariyem ke lantai atas rumah. Dia pun turut menepuk pundak Pariyem, lalu turun ke lantai dasar rumah.
Tepukan tersebut ternyata ”mujarab” dalam artian membuat Mirnawati dan Pariyem seolah hilang kesadaran. Mereka pun tidak memedulikan gerak-gerik dua tamu di dalam rumah majikan.
Tidak sampai 20 menit, kedua pria itu pun lenggang kangkung meninggalkan halaman rumah. Mereka dengan leluasa naik ke mobil yang telah menunggu dan meninggalkan rumah mantan wali kota tersebut.

”Mereka mengambil sejumlah perhiasan, seperti cincin, anting, dan dua potong bros. Kerugian mencapai lebih kurang Rp 25 juta,” kata seorang polisi yang menangani kasus itu.
Kedua pembantu tersebut keheranan menyadari tamunya menghilang begitu saja.
Tidak lama kemudian, mereka menyadari ada yang tidak beres. Sama sekali tidak ada kekerasan yang terjadi. Abdul Kahfi dan istri pun bergegas pulang dan mendapati sejumlah perhiasan lenyap dari kamar mereka.

Segera polisi, dari Polsek Menteng, yang terletak sekitar 2,5 kilometer dari rumah mereka dihubungi. ”Anak mereka membuat laporan ke Polsek Menteng,” kata seorang polisi.
Petugas dan tentu saja wartawan pun segera berdatangan ke rumah korban. Hingga petang para wartawan menunggu di Polsek Menteng, tetapi tidak ada keterangan resmi yang diberikan atas tindak kejahatan yang dilakukan pada siang bolong di kawasan elite Jakarta.
Namun, sejauh ini belum diketahui sejauh mana polisi melakukan pengejaran terhadap penjahat yang mengacak-acak rumah mantan wali kota tersebut.
Tentu kejadian itu secara tidak langsung mengingatkan warga kota agar berhati-hati terhadap orang yang mengaku tamu. Jangan-jangan mereka penjahat.
Kategori: hipnotis · perampokan

Sindikat Penghipnotis Gasak Milyaran Rupiah

JAKARTA - Sepak terjang komplotan pencuri dengan modus menghipnotis para PRT ini luar biasa. Dua tahun beraksi sindikat ini berhasil meraup milyaran rupiah dari rumah-rumah mewah yang disatroni. Empat pelaku, seorang di antaranya wanita dibekuk aparat Polres Jakut berikut barang bukti senilai Rp 1 milyar.

Para pelaku yang dicomot polisi masing-masing Maswendri, 37, Andre Pratama alias Haji, 44, Joni Ferdi alias Jun, 37 dan Novitasari alias Tuti, 20. Dari tangan mereka disita sejumlah perhiasan berupa cincin berlian, gelang, kalung, anting dan sejumlah barang elektronik serta sejumlah jam tangan mewah. Maswendri ternyata residvis dalam kasus yang sama.

“Total barang bukti senilai Rp 1 milyar,” kata petugas. Polisi juga mengmankan 1 unit mobil rental Toyota Avanza hitam B 8202 JU yang dipakai para tersangka ketika melakukan aksi. Petugas masih memburu lima tersangka lainnya anggota sindikat ini.
Tertangkapnya para pelaku dicomot berawal ketika polisi membekuk Maswendri dan Novitasari tak lama setelah beraksi di rumah Lucina Sadyaningrum di daerah Sunter Agung, Jakut, Minggu (23/3) pagi.

Dua pelaku, Maswendri dan Novitasari, pagi itu mendatangi rumah Lucina Sadyaningrum dengan berlagak bertamu. Rumah mewah itu hanya dijaga oleh Mira Astutik, pembantu, sedangkan majikannya sedang pergi. Saat itulah dua penjahat ini beraksi memperdayai Mira.
Mira lalu ditakut-takuti dengan mengatakan wanita pembantu itu mengidap penyakit misterius akibat kutukan serta akan dijadikan tumbal oleh majikannya. “Saya bilang, kalau mau disembuhkan dari penyakit kutukan itu, salah satu caranya adalah harus diobati,” kata Maswendri yang dalam setiap beraksi berlagak sebagai dukun.

PEMBANTU DIPERDAYA
Maswendri ini lalu ‘menuntun’ Mira dan menyuruh korban masuk ke kamar majikannya, si pembantu pun seperti tak sadar menuruti perintah Maswendri dan Novitasari. Semua perhiasan dan barang berharga milik majikannya yang katanya mau disucikan, diserahkan kepada kedua pelaku bahkan Mira sempat disuruh melepas semua pakaianya.

Setelah meraup harta benda di rumah mewah itu, keduanya kabur menggunakan mobil Toyota Avanza. Majikan Mira yang sorenya pulang ke rumah selanjutnya melapor ke Polres Jakut setelah mengetahui harta benda miliknya dikuras sindikat maling itu.
Kapolres Metro Jakut Kombes M. Rum didampingi Kapolsek Tanjung Priok, Kompol Suparmo mengatakan setelah menerima laporan pihaknya melacak sejumlah pelaku yang pernah ditangkap dalam kasus yang sama.

“Dari hasil penyelidikan empat pelaku berhasil ditelusuri dan langsung kami tangkap, lima lainnya masih buron,” jelas M. Rum. Satu pelaku, Maswendri ternyata penjahat profesional yang pernah dipenjara dalam kasus berkomplot dengan pembantu menggasak harta majikan.
Maswendri Cs berhasil dibekuk polisi, Senin (24/3) di tempat persembunyian mereka di Bogor. Dari catatan polisi aksi terakhir mereka memperdayai Khotijah, 21, pembantu yang bekerja di rumah RA. Triarini S. SH, di Jalan Agung Indah IV Blok L2, Sunter Agung, Tanjung Priok dan Mira Astutik, 20, pembantu Lucina Sadyaningrum.
M. Rum menambahkan sindikat ini beraksi diberbagai wilayah antara lain Tanjung Priok, Kelapa Gading, Kemayoran, Jakpus, Kembangan, Jakbar, Bekasi dan wilayah lainnya dengan sasaran rumah mewah.

EMAS PUTIH DICURI
Di tempat terpisah, dua penjahat berpura-pura bertamu berlagak menawarkan order timah, ternyata menggasak 300 gram emas putih di rumah H. Rahmi, 40, pengusah asal Kalimantan yang tinggal di Jalan Swasembada Barat RT 14/09, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Selasa (24/3) siang.
Dua lelaki ini datang ke rumah korban Pk. 11:00 berlagak mau bertemu dengan si empunya rumah. Namun saat itu hanya ada Asih, 21, pembantu. Keduanya berpura-pura menelpon majikan Asih seakan-akan mereka akrab. Begitu Asih lengah, satu pelaku masuk ke kamar H. Rahmi lalu menggasak 300 gram emas putih senilai sekitar Rp 75 juta.
Kategori: hipnotis · perampokan

Belasan Wanita Cantik Menjadi Korban Dukun Cabul

SINGKAWANG - Terdakwa Su (52) yang melakukan pencabulan terhadap belasan wanita sudah bersuami dijerat Jaksa Penuntut Umum dengan dakwaan berlapis. JPU Dwi Hartanta SH dalam dakwaan primernya Pasal 286 KUHP, dakwaan Subsider Pasal 289 KUHP, lebih subsider 290 ayat (1) KUHP dan lebih-lebih subsider Pasal 286 ayat (1) KUHP.

Majelis hakim yang memeriksa terdakwa diketuai SMO Siahaan SH didampingi anggota TM Limbong SH dan J Simarmata SH serta panitera Burhanuddin. Su didakwa telah melakukan perbuatan tak senonoh kepada belasan perempuan yang berlangsung lebih kurang sembilan bulan. Terdakwa Su yang mempunyai keahlian menyembuhkan warga dengan caranya tersendiri. Selain itu juga terdakwa bisa meramal seseorang, dan bila ramalan terhadap orang itu jelek Su memberitahukan kepada pasiennya agar segera diobati. Hal itu dilakukan tersangka apabila pasiennya adalah wanita muda yang cantik.

Para korban yang rata-rata ibu rumah tangga tersebut dikabari ramalan buruk. Bila mereka tidak segera diobati maka akan terjadi yang buruk nantinya. Seperti yang dialami Ny Mawar (28) bukan nama sebenarnya, korban diobati agar rumah tangganya tetap langgeng. Pengobatan itu dilakukan oleh Su dengan cara memandikan pasiennya di rumah.

Pertama-tama korban disuruh membuka seluruh pakaian karena akan dimandikan, kemudian terdakwa membacakan mantra-mantra. Alat yang digunakan oleh dukun cabul itu yakni berupa rumput yang digunakan untuk mengelus bagian sensitif korban. Setelah itu korban di raba-raba seluruh tubuhnya termasuk barang paling berharganya.

Karena dibacakan mantra, para wanita itu langsung terhipnotis. Kesempatan tersebut tidak disia-siakan yang akhirnya terjadilah kasus pencabulan tersebut. Dengan keahliannya itu terdakwa kemudian menyetubuhi belasan isteri orang di kampungnya. Terakhir kali perbuatan bejat Su dilakukan kepada Kembang (30) bukan nama sebenarnya, Ia diberitahu Su bila ingin mempunyai anak lagi harus diobati biar anak yang lahir tidak cacat.

Sedikit percaya dengan perkataan tersangka akhirnya Kembang mau melakukan pengobatan dengan Su. Terdakwa hanya mengerayangi tubuhnya, namun tidak melakukan persetubuhan. Beberapa waktu kemudian Kembang menyadari apa yang diperbuat oleh Su.
Ternyata pengobatan itu tidak mujarab, sehingga Ia berani melaporkan perbuatan cabul Su pihak kepolisian. Warga yang mendapat tahu bahwa Su adalah seorang dukun cabul kemudian mencarinya. Setelah pembacaan dakwaan majelis kemudian menunda sidang dan akan dilanjutkan ke persidangan berikutnya dengan acara pemeriksaan saksi-saksi
Kategori: dukun cabul · hipnotis · pemerkosaan

Mahasiswa Untar Diculik Di Busway

JAKARTA - Hendi Munir (19), mahasiswa semester I Universitas Tarumanagara, dihipnotis lalu diculik saat menunggu bus di Halte Busway di dekat kampus, Jalan Kyai Tapa, Jakarta Barat, Rabu (27/2) sore. Korban akhirnya dibuang penculik di Pintu Tol Bekasi Barat, Kamis (28/2) malam, setelah keluarga membayar sebagian uang tebusan.Kepala Satuan Reserse Kriminal (Kasatreskrim) Kepolisian Resor (Polres) Jakarta Barat Komisaris Suyudi Ario Seto yang dihubungi, Jumat kemarin, menjelaskan, korban ditepuk bahunya oleh seorang pria saat menunggu bus sekitar pukul 16.00. Selanjutnya, dia dibawa ke sebuah taksi berwarna biru yang di dalamnya sudah ada dua pria lain.

”Dia diancam dengan sebilah pisau cutter. Korban dipaksa menyerahkan kartu ATM dan tabungan senilai Rp 7 juta, dikuras penjahat. Korban dibawa berputar-putar dan akhirnya taksi tersebut menuju ke arah Bogor lewat jalan tol,” kata Suyudi.

Para penjahat, dengan menggunakan telepon genggam, menghubungi keluarga korban untuk menuntut tebusan sebesar Rp 30 juta. Saat itu, Hendi yang berperawakan gemuk dan tinggal di Kecamatan Tambora, Jakarta Barat, dibawa ke sebuah kebun di wilayah Bogor.
Kakak ipar Hendi melapor ke Polres Jakbar sekitar pukul 20.00, setelah penculik sempat menerima tebusan pertama sebesar Rp 5 juta.

Menurut Suyudi, kelompok yang menculik Hendi sudah beberapa kali beroperasi di Jakarta Barat. Suyudi menduga kelompok ini pula yang melakukan penculikan mahasiswa Universitas Bina Nusantara di Jalan Gadjah Mada, akhir tahun lalu. Ketika itu korban sempat dianiaya sebelum akhirnya dilepas para penculik.

Sebagai informasi, para penculik mengincar mahasiswa atau mahasiswi yang berpenampilan lugu dan tidak akan melawan. Sosok Hendi yang gemuk, berkacamata, dan terlihat kutu buku menjadi sasaran kelompok tersebut.
”Selanjutnya, keluarga mencicil tebusan dengan mentransfer uang melalui ATM korban beberapa kali. Total uang yang dikirim mencapai Rp 20 juta. Korban akhirnya dibawa ke daerah Bekasi sebelum dibuang begitu saja di dekat Gerbang Tol Bekasi Barat,” ujar Suyudi.
Selama di perjalanan, korban tidak dianiaya oleh pelaku. Polisi saat ini tengah membentuk tim khusus untuk memburu para pelaku yang ciri-cirinya sudah dikenali
Sumber :
http://detektifromantika.wordpress.com/category/hipnotis/
=========

Tidak ada komentar: