Rabu, 28 Januari 2009

Kekerasan di lingkungn sekolah

KEKERASAN

" Bullying " Tetap Disangkali

Jakarta, 28/1/09, Hal 12, Kompas

Masalah penyalahgunaan kekuatan atau kekuasaaan oleh seseorang atau kelompok terhadap pihak lain yang lebih lemah di sekolah dan lingkungan sekitar anak sudah sangat serius. Namun, demi " nama baik ", tak lebih dari 0.1 persen sekolah di Jakarta mau mengakui terjadinya bullying di lingkungan sekolahnya.

Fakta muram itu disampaikan Diena Haryana, Ketua Yayasan Semai Jiwa Amini, dalam seminar mengenai bullying di Jakarta, Selasa 27/1.

" Dari media saja, antara tahun 2002 dan 205 didapatkan fakta sekitar 30 kasus bunuh diri di kalangan anak dan remaja usia 6-15 tahun di Indonesia. Anak-anak itu terdorong berbuat nekat karena ejekan, cemoohan, dan olok-olok teman yang mungkin terkesan sepele, tetapi dapat menjadi senjata tak kenal ampun yang secara perlahan tetapi pasti dapat menghancurkan seorang anak,, " kata Diena.

Seminar yang mencoba mencari jalan keluar untuk memutus rantai kekerasan di sekolah dan lingkungan sekitar itu merupakan bagian dari empat hari pelatihan dan peluncuran program kampanye global " Learn Without Fear " di Jakarta, 25-29 Januari.

Kegiatan yang mengampanyekan " Stop Bullying, Sekolahku Menyenangkan " itu dilakukan melalui kegiatan seni siswa SMP dan SMA. Kegiatan itu didukung sepenuhnya oleh organisasi nonpemerintah yang bekerja untuk peningkatan kesejahteraan anak, keluarga, dan masyarakat, Plan Indonesia, kegiatan serupa dilakukan serentak bersama enam negara di Asia sebagai cara efektif untuk meningkatkan kesadaran anak terhadap permasalahan penting yang mereka hadapi, sekaligus membantu mereka menganalisisnya dan meningkatkan rasa percaya diri untuk mengekspresikan masalah tersebut.

Persepsi tak sama

Hasil penelitian Lembaga Pratista Indonesia terhadap anak SD, SMP, dan SMA di dua kecamatan di Kota Bogor yang dipaparkan Netty Lesmanawati, mendukung prediksi kian seriusnya pesoalan itu.

Baik Diena maupun Magdalena Sitorus dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia menyatakan bahwa masalah bullying di sekolah, yang dalam banyak kasus dapat bermuara pada kekeran di rumah, merupakan embrio dari berbagai masalah kekerasan yang elbih luas di masyarakat.

Namun, Direktur Pembinaan TK dan SD Departemen Pendidikan Nasional Mudjito mengatakan, bulying hanyalah satu dari sekian banyak persoalan satu dari sekian banyak persoalan di bidang pendidikan. " Sejarah kekerasan sama panjanganya dengan sejarah manusia, " ujarnya.